Mading Kreasi dari Kami Anak Indonesia Timur
Majalah
dinding adalah salah satu media komunikasi massa tertulis yang paling
sederhana. Saya Dwi Anik Maritasari sebagai pendidik di daerah 3T memiliki
kewajiban untuk memberikan edukasi murah yang dapat mengembangkan kecerdasan
berfikir, kreativitas, dan berorganisasi mereka. Tekad tersebut saya wujudkan
melalui proyek pembuatan mading bagi kelas VI. Proyek ini diprakarsai
berdasarkan temuan yakni anak-anak murid saya terlalu kaku dalam
mengekspresikan diri. Saya ingin sekali mendorong anak-anak murid saya untuk
mengekspresikan diri secara bebas dalam batasan normal untuk menyiapkan diri
berlaga di tangga selanjutnya.
Prinsip dasar penamaan majalah dinding diambil karena penyajiannya yang dipampang
pada dinding. Penyajian majalah dinding yang kami buat yakni kombinasi tulisan
dan gambar. Kami hanya bermodalkan karton tempat tatanan telur untuk disulap menjadi
madding. Ide ini muncul dari setumpuk karton tempat tatanan telur yang tak
berguna di sudut warung salah satu murid saya. Nak, kalian perlu melihat dari
sudut pandang imaji lain untuk menghadirkan kegunaan suatu barang salah satunya
sampah tempat tatanan telur ini.
Terdapat serentetan cerita, ilmu, serta pengalaman dari pembuatan proyek
perdana kami. Menghadirkan selembar madding berarti mengorganisasikan dua puluh
empat anak-anak murid saya. Tuntutan sebagai pendidik professional, menuntut
saya untuk membangun kerja tim muda berusia dua belas tahun yang perlu saling
mematuhi kesepakatan, aturan, kedisiplinan diri, serta ketekunan belajar. Saya paham
betul, anak-anak murid saya dibesarkan dengan belaian rotan yang menumbuhkan kepribadian
keras nan tidak mau mengalah.

Madding sederhana kami memiliki beberapa unsur senyawa kimia menarik
yang diracik sendiri oleh murid. Semua
senyawa tersebut disusun oleh mereka berdasar harmoni khas anak Indonesia timur
sehingga perwujudan keseluruhan mading tampak menarik. Madding kami tersusun
dari artikel yang mengangkat tentang anak Indonesia timur, pantun jenaka,
pantun edukatif tentang pendidikan, berita utama tentang acara ada di taisuni,
serta kolom puisi yang membuat saya haru. Bagaimana tidak mengharukan jika kamu
dijadikan salah satu bagian rentetan kata-kata indah dalam puisi berjudul “Anak
Malaka”. Haru bahagia itu kembali hadir saat mereka juga menggambar saya
bersama dengan mereka yang seragam
mengenakan pakaian adat di acara adat di Taisuni.
“Anak Malaka”
Kami anak-anak Malaka
Kami berbahasa Indonesia
Kami sekolah di SDI Bora
Kami senang belajar dengan Ibu Anik
Wahai teman
Carilah ilmu sebanyak-banyaknya
Dan tiada putusnya capailah cita-citamu
Bekali hidupmu dengan ilmu
Belajarlah dengan giat
Janganlah cepat putus ada
Hadapi segala rintangan yang ada
Jadilah dirimu seperti matahari
Matahari yang tiada henti menerangi bumi
Jangan lupa berdoa agar semua cita-citamu terwujud
Anak malaka harus mengejar ilmu
Anak malaka harus belajar dengan giat
Supaya bisa pandai 