Translate

Sabtu, 19 November 2016

Penyambutan Novita Nurcahyati di SDN Oevetnai


SELAMAT DATANG DI SDN OEVETNAI

        Selamat datang di SD N Oevetnai. Begitulah tulisan yang disusun dan di tempel di selembar kain seadanya yang dibentangkan di atas pagar sekolah, untuk menyambut guru SM-3T. Lagu pramuka ‘Selamat Datang Kakak’ ikut meramaikan suasana suka cita penyambutan. Anak-anak berjajar di samping kiri dan kanan berbaris membentuk pagar betis dengan tepuk tangan seretak. Senyuman manis nan lebar dengan penuh semangat  terpancar dari muka setiap anak-anak. Sambutan sederhana yang menggetarkan hati saya. Hari Senin, tanggal 05 September 2016 tepat pukul 16.00 WITA saya menginjakkan kaki di tanah SDN Oevetnai.

      Saya disambut dengan hadiah berupa selendang tenun khas Malaka. Selendang berwarna hijau kombinasi kuning, dengan motif yang mempesona. Seorang siswi mengalungkan selendang tersebut ke leher saya dengan penuh kehati-hatian. Saya berjalan melangkahkan kaki tanpa ragu menuju barisan para guru dan anak-anak yang sudah menanti sedari pagi. Saya mengulurkan tangan, berjabat tangan dengan mereka. Salah satu guru perempuan menitihkan air mata, dan saya pun juga tak kuasa menahan tangis kegembiraan atas sambutan mereka. 
“Ya Alloh, terima kasih telah menempatkan saya di tengah-tengah mereka. Belum pernah saya merasa begitu terharu seperti ini, terima kasih Ya Alloh, telah memberikan amanah ini kepada saya.” Ucap syukur saya di dalam hati. Anak-anak dengan seragam terbaik mereka tidak lelah menunggu kedatangan guru SM-3T dari pagi hingga sore. Saya benar-benar merasa menjadi manusia yang sangat penting dan sangat dihargai pada hari itu.
       Saya tidak datang sendiri saat penyambutan. Saya bersama dengan Erika, salah satu teman SM-3T yang kebetulan lokasi penempatannya berdekatan dengan SDN Oevetnai, yaitu di SMA 17 Agustus Weoe. Saya duduk bersama dengan Erika, Kepala Sekolah SDN Oevetnai, Kepala Sekolah SMA 17 Agustus Weoe, Kepala Desa Weoe, dan tetua adat di Dusun Wetalas bersama seluruh anak-anak SDN Oevetnai. 


        Di Malaka ada dua bahasa daerah yang lazim digunakan selain Bahasa Indonesia, yaitu Bahasa Dawan, dan Bahasa Tetun. Kepala Sekolah kami dan Kepala Desa berbicara kepada tetua adat menggunakan Bahasa Dawan yang belum kami mengerti. Dengan sabar Ibu Kepala SDN Oevetnai, Ibu Itha, menerjemahkan kepada kami apa yang beliau semua bicarakan bersama tetua adat, karena tetua adat di Dusun Wetalas ini tidak terlalu bisa berbicara dengan Bahasa Indonesia. Kami berdua hanya bisa tersenyum dan memperhatikan dengan seksama.
        Di setiap daerah pasti memiliki adat istiadat yang berbeda-beda. Begitu juga di Kabupaten Malaka ini. Kabupaten Malaka merupakan pemekaran dari kabupaten Belu dan baru berumur 3 tahun. Kabupaten Malaka juga berbatasan langsung dengan negara tetangga yakni Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Adat disini, setiap tamu yang datang berkunjung yang pertama kali disuguhkan adalah daun sirih dan pinang, beserta kapur sebagai pelengkapnya. Kami diharuskan memakan daun sirih dengan pinang dan sedikit kapur. Ini pengalaman pertama saya memakan daun sirih mentah dengan pinang. Rasanya agak pahit dan sepat. Setelah adat sirih pinang, barulah disuguhkan minuman dan kue seadanya. Minuman yang disuguhkan adalah minuman kemasan dalam gelas plastik dengan merek “Wemon” yang artinya air bersih. ‘We’ itu adalah air, dan ‘mon’ artinya bersih. Itulah kata-kata pertama dalam Bahasa Tetun yang kami mengerti.
       Waktu menunjukkan pukul 18.30 WITA, saya sudah selesai ibadah, dan duduk di ruang tamu untuk berbincang dan mengakrabkan diri dengan keluarga baru saya di sini. Ibu Itha bercerita dengan sabar, serta mengajarkan beberapa kata dalam Bahasa Tetun. ‘Oevetnai’ adalah nama dari SD tempat saya akan mengabdi selama satu tahun ke depan. ‘oe’ itu berarti air, ‘vet’ dari kata ‘veto’ yang berarti putri atau perempuan, dan ‘nai’ yang berarti raja. Jadi jika digabungkan ‘oevetnai’ berarti mata air putri raja. Bukan tanpa sebab SD tersebut di beri nama ‘oevetnai’ karena memang tepat di depan sekolah tersebut terdapat mata air sebagai sumber kehidupan masyarakat sekitar. Mata air tersebut tidak pernah kering dan terus mengalir sepanjang tahun.
“Di sinilah tempat saya akan mengukir sejarah hidup untuk satu tahun ke depan”. Saya berharap anak-anak di SDN Oevetnai bisa menjadi seseorang yang dapat berguna bagi orang lain. Seperti mata air yang tidak akan pernah kering bagi masyarakat di lingkungan sekitar mereka. Terus mengalir untuk membasahi setiap lahan kering, dan menjadi penyejuk dalam kehausan akan pengetahuan. Mereka lah generasi penerus bangsa dengan semangat pantang menyerah dan tak pernah lelah untuk terus menimba ilmu.






Penulis    : Novita Nurcahyati
Editor     : Harnum Kurniawati
Pos        :  Bagas Bages
Sumber  :  http://malakantt-sm3t2016.blogspot.co.id/
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar