Translate

Sabtu, 05 November 2016

SD Negeri Oevetnai, Kecamatan Wewiku, Kabupaten Malaka


Mutiara Bangsa dengan Luas 70 x 60 meter
      Dusun Wetalas,  Desa Weulun, Kecamatan Wewiku di Kabupaten Malaka berbatasan langsung dengan Kabupaten Timur Tengah Selatan (TTS). Desa itu menjadi tempat Novita Nurcahyati mengabdikan diri menjadi pendidik terhitung sejak 5 September 2016 melalui program Sarjana Mengajar Terdepan, Tertinggal dan Terluar (SM3T)  dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
      Berangkat dari Bandara Adisucipto Jogjakarta pukul 07.45 WIB, ia sampai di Bandara Ngurah Rai Bali pukul 11.00 WITA. Perjalanan dilanjutkan dengan pesawat perintis dengan tujuan Kupang lalu transit di Maumere. Perjalanan kembali berlanjut dengan menggunakan jalur darat selama delapan jam menuju pusat kota Malaka (Betun). Untuk sampai ke sekolah tempatnya mengajar yaitu SD Negeri Oevetnai, ia masih harus menempuhnya dengan moda transpotasi roda dua.
      SD yang baru satu tahun diresmikan, tepatnya 5 September 2015 masih menggunakan bangunan darurat. Dindingnya berupa pelepah daun bowang, sebuah daun dari pohon sagu. Meja dan kursi hanya terdapat tujuh buah di kelas tiga, tiga buah dan kelas empat, empat buah. Kursi dan meja untuk kelas lain hanya berupa kayu sederhana yang bisa menopang badan untuk duduk. Meja alakadarnya untuk bisa terus menulis. Vita panggilan akrabnya mengatakan sampai saat ini hanya baru ada lima kelas. Siswa berjumlah 79 mulai dari kelas satu sampai lima. Itupun satu kelas untuk ruang guru".

      Dia bercerita, potret pendidikan di SDN Oevetnai jauh berbeda dengan suasana di perkotaan. Apalagi, dirinya pernah menjadi seorang pengajar di sebuah sekolah yang sudah maju dari sisi kualitas pengajar, sehingga jika dibandingkan jelas tertinggal jauh. Di Jawa amat jamak, siswa sampai berlomba - lomba menyebarkan selebaran untuk memikat hati siswa, sementara di SDN Oetvetnai murid kelas lima pun hanya ada 10 siswa.
“Itupun tidak semua siswa sudah bisa membaca, ada empat siswa yang belum bisa membaca. Kelas lain pun demikian,” ucap lulusan Fakultas Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) itu. 
      Deskripsi lain soal persiapan mengajar, seperti Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebagai bekal memasuki kelas belum ada, namun ada sebagian pengajar yang sudah membuat RPP.
“Saya sudah agendakan untuk mengajari mereka (para guru) untuk membuat RPP, semoga bisa terlaksana, harapnya.
      Materi untuk pelajaran juga minim. Pada saat siswa ingin meminjam buku milik sekolah, pihak sekolah tidak memperbolehkan dengan alasan takut hilang karena buku- buku masih belum tertata dan tidak ada tempat untuk menyimpan.

"Kasihan juga melihat anak- anak yang ingin membaca namun tidak diizinkan karena alasan buku takut hilang, beber Vita yang mendapat beasiswa bidikmisi dari kemenristek dikti itu.
     Pada awal- awal mengajar, Vita sempat heran menemukan beberapa anak kelas empat yang belum bisa melakukan perkalian sederhana. Sementara itu, di kelas lima, dia pun menemukan ada sejumlah siswa yang tidak bisa membaca dan menulis dalam bahasa Indonesia. Meskipun demikian, beberapa kenyataan menyesakkan itu tak menyurutkan semangat Vita. Dia justru menemukan mutiara-mutiara lain. Anak didiknya masih merasa bangga menjadi bagian bangsa Indonesia, meskipun desanya belum ada di peta. Mereka menganggap daerah mereka adalah Jakarta, Jakarta di tanah 70 x 60 meter (luas SD).

Saya yakin dengan semangat dan kegigihan mereka siap bersinar hingga cemerlang, tegasnya. 
     Masa tugas Vita sebagai pengajar  tidaklah lama, hanya setahun seperti kontraknya dengan SM3T. Vita berharap keberadaannya mampu meninggalkan jejak. Salah satu yang bisa diberikan adalah dengan cara membuat program bersama dengan rekan SM3T-nya yaitu Ruang Membaca Malaka Cerdas yang disingkat Rumbaka Cerdas. Program tersebut berupa pengumpulan buku untuk meningkatkan budaya membaca.
 Menyenangkan sekali bisa melihat mereka bahagia dengan ilmu yang diberikan. Semoga program pengumpulan buku bisa berjalan dengan lancar dan bisa memberikan sumbangsih untuk ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, tandasnya. (Harnum Kurniawati)
 

6 komentar:

  1. Maaf...ijin share yah...
    Mudah-mudahan dengan begitu ada tanggapan baik dari para pemerhati pendidikan dan pemangku jabatan di kabupaten, provinsi dan pusat.

    BalasHapus
  2. Maaf...ijin share yah...
    Mudah-mudahan dengan begitu ada tanggapan baik dari para pemerhati pendidikan dan pemangku jabatan di kabupaten, provinsi dan pusat.

    BalasHapus
  3. Saya minta nomor hp dan atau no whatsapp milik ibu Novita Nurcahyati utk komunikasi lebih lanjut mengenai impian membangun ruang membaca cerdas. Kami di UGM Yogyakarta sementara menggalang aksi solidaritas utk mndukung maksud tersebut.

    BalasHapus
  4. Saya minta nomor hp dan atau no whatsapp milik ibu Novita Nurcahyati utk komunikasi lebih lanjut mengenai impian membangun ruang membaca cerdas. Kami di UGM Yogyakarta sementara menggalang aksi solidaritas utk mndukung maksud tersebut.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. Terimakasih atas sambutan positifnya dan mohon maaf kami baru bisa online.. untuk komunikasi dapat melalui kontak di bawah ini

    Donasi dana bisa dikirimkan ke :
    No rek : Afandi Ikhsan, BRI 4615-01-023345-53-1 (Bagi teman dan saudara yg sudah TF silahkan konfirmasi CP dibawah).

    Contact Person / Informasi program:
    Wijang Pulung B : 081326964527
    Oktaviky Dwi M: 081217783928
    Yudi M: 081322902281

    Web : http://malakantt-sm3t2016.blogspot.co.id/?m=1
    Instagram : SM3TMalaka

    Terimakasih atas kesediaan teman-teman dan saudara membaca penggalan cerita dari kami. Semoga amal ibadah teman-teman dan saudara semua dibalas oleh Tuhan YME.
    #DariTapalBatasUntukIndonesiaMembaca
    #SM3TMalaka
    #SM3TUNYVI

    BalasHapus