Translate

Sabtu, 12 Agustus 2017

Antara Pendidikan dan Adat






Oleh : Riki Septiawan, S. Pd
Perkenalkan nama saya Riki Septia Rahman, saya berasal dari Kabupaten Kebumen. Saya mengikuti program pemerintah yaitu SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal) karena saya tertantang dan ingin mencari suasana baru. Saya juga ingin merasakan bagaimana kondisi nyata yang berada di daerah terpencil atau di tapal batas Indonesia. Bagi peserta SM-3T,Tanggal 4 September 2016 merupakan tanggal yang mungkin tak akan terlupakan. Pada tanggal tersebut merupakan awal keberangkatan menuju tempat pengabdian. Kebetulan saya ditempatkan di Kabupaten Malaka, Kabupaten yang sangat asing di telinga pastinya. Saya mencoba browsing di Internet, tetapi belum banyak informasi yang saya dapatkan. Saya berusaha mencari ternyata Kabupaten Malaka merupakan kabupaten baru yang berada di provinsi NTT, yaitu pemekaran dari Kabupaten Belu. Belum ada gambaran sama sekali mengenai kondisi  demografis dan kultur sosial budaya mengingat belum ada alumni SM-3T yang menempati Kabupaten ini.  Dengan tekad yang kuat, saya tetap melangkah demi sebuah pengabdian yang tentunya ingin membuat sesuatu yang lebih baik untuk pendidikan di daerah terpencil. Kami berangkat dari bandara Adi Sutjipto Yogyakarta menuju bandara El Tari Kupang pada tanggal 4 September 2016 dan transit sekitar 1 jam di bandara Surabaya. Kami tiba di bandara El Tari sekitar pukul 15.00 WITA. Kami datang disambut dengan pepohonan yang kering, rumput yang kering, dan kondisi yang sangat panas. Kami mulai mengikrakan diri dengan teman seperjuangan. Ternyata hampir sebagian besar teman berasal dari Jawa dan ada beberapa yang berasal dari luar Pulau Jawa.

Kami pun bergegas menuju tempat pengabdian, perjalanan kami masih panjang dan jauh. Saya bertanya ke sopir “Pak ini masih jauh kah Malaka” tanya saya, lalu Sopir pun menjawab “Masih lama adik, ini nanti lewat jalan yang berkelok kelok kita sekitar 6 – 7jam perjalanan lagi”. Ini pasti akan menjadi perjalanan yang sangat melelahkan. Saya langsung bergegas meninggalkan kota Kupang dan memulai perjalanan, benar saja belum ada satu jam sudah disuguhi perjalanan yang berkelok kelok, sembari berhenti di tengah jalan karena ada salah satu teman saya ada yang mabuk perjalanan. Kami sampai di Kabupaten Malaka sekitar pukul 01.30 dini hari dan langsung beristirahat.
Pagi hari, saya dan kawan-kawan langsung menuju kantor dinas untuk mendapatkan pengarahan. Setelah mendapat pengarahan langsung menuju ke kantor Bupati untuk mendapatkan surat tugas dan pembagian wilayah. Ketika pembacaan saya bertugas di Kecamatan Io Kufeu, yaitu di SMAN Io Kufeu. Saya tidak tahu sama sekali tetapi ketika selesai pembacaan saya langsung di gandeng dan dihampiri Kepala Sekolahnya langsung saya masih bingung kenapa digandeng tanganya, memang menurut informasi ketika ada tamu yang datang untuk menunjukan keakraban akan digandeng.
Di Kabupaten Malaka kondisi demografisnya terbagi menjadi 2 yaitu daerah pegunungan dan daerah datar atau biasanya orang sini bilangnya orang Foho dan Fehan. Dari sebelas kecamatan lokasi penempatan, kebetulan saya ditugaskan di Kecamatan Io Kufeu dan menurut informasi kecamatan yang saya tempati akses jalanya sangat buruk dan sangat jauh. Setelah selesai pembagian saya langsung menuju daerah penempatan. Kebetulan kepala sekolah saya memiliki mobil sehingga tidak perlu memakai kendaraan sewa atau angkot yang orang sini biasanya menyebut oto.

Saya jalan jam 17.00 WITA dan di perjalanan kondisi jalan memang betul sangat jelek dan buruk. Kondisi jalan yang berbatu dan berlubang hampir di semua jalan, melewati bukit, hutan jati, jalan terjal ini mungkin akan sering saya lewati.
Saya sampai di rumah pukul 19.30 WITA. Benar-benar perjalanan yang panjang. Saya menginap di rumah bapak angkat saya yaitu Kepala SDK Fatuao, saya masih canggung dan masih malu,  saya masih kadang bingung dengan percakapan karena logatnya yang berbeda.

Saya langsung mengajar di hari pertama saya di penempatan,jarak dengan sekolah tidak terlalu jauh. Saya langsung di perkenalkan ke seluruh siswa dan guru. siswa diSMAN Io Kufeu sekitar 171 orang saja dan terdiri dari 8 Rombel, yaitu XA, XB, XI IPA, XI IPS 1, 2, XII IPA, XII IPS 1, 2
 Saya mengajar Penjas dan saya mengampu seluruh kelas karena tidak ada guru PJOK disini. Hari pertama masuk saya hanya bercerita pengalaman dan perkenalan diri saja, saya juga sembari membaca karakter siswa guru dan kondisi sosial ditempat. Saya lihat di sini masih terbilang beruntung karena listrik ada, dan sinyal ada,tetapi air disini sangat susah dan jika ada harus beli per 5000 Liter seharga 250 ribu. harga yang sangat mahal untuk barang yang bernama air.
Kondisi disini sarana dan prasarana PJOK jumlahnya sedikit sekali dan hanya ada bola Kaki 1, bola basket  hanya 1, bola voli 2 dan net voli saja. Karena keterbatasan saya mempunyai konsep dengan  memodifikasi sarana dan prasarana. Saya juga mengampu mata pelajaran sosiologi, dikarenakan keterbatasan guru, bayangkan saja jumlah guru disini untuk ukuran SMA hanya sekitar 15 saja saja berbanding terbalik dengan di jawa dengan jumlah lebih dari 50 orang, memang kita dengan permasalahan kondisi kekurangan pendidik. Seringkali kami meminjam ke SDK Fatuao seperti matras.
Seiring berjalanya waktu saya mulai mengenal adat dan kebiasaan di sini, tradisi yang masih kuat disini adalah minum sopi atau sejenis minuman yang memabukan yang terbuat dari tumbuhan lontar, enau dan bisa juga tumbuhan gewang, air hasil pohon yang diiris kemudian disuling dan dimasak sehingga sulingan pertama disebut sopi kepala, dan katanya SK atau Sopi Kepala bisa dibakar dan akan meyala.
Banyak sekali kebudayaan yang baru disini saya mempelajari banyak sekali seperti tarian TEBE, Meronggeng dan Likurai. semua tarian adat tersebut digunakan untuk fungsinya masing masing seperti TEBE, TEBE merupakan tarian untuk bersenang-senang dan untuk acara hiburan di pesta, tarian TEBE biasanya bergandengan tangan dan melingkar sembari melakukan gerakan kesamping dan maju mundursesuaidengan musik yang diputar. Berbeda dengan tarian Likurai merupakan terian untuk menyambut kedatangan tamu .

Kondisi sosial di tempat saya mengabdi sangat menjunjung toleransi beragama, contohnya dalam hal makanan, di daerah penempatan saya mayoritas Katholik sehingga saya hanya 2 orang yang beragama muslim, yaitu pak dokter dan saya kebetulan dokter juga berasal dari satu kampung. Saya sering sekali memotong hewan seperti ayam dan pernah saya satu kali memotong sapi besar karena orang disini sudah paham jika orang muslim harus memotong hewan sendiri.  Saya pertama kali memotong hewan ketika itu ada acara pentabisan Imam baru atau Pastor (Pemuka Agama Katholik) ada acara besar hari itu, semua sibuk mempersiapkan acara, baik dari penyambutan dan prosesi masuk dirumah adat. Saya menyaksikan langsung kegiatan itu dan menurut saya tradisi seperti ini yang baru bagi saya, hal baru dan pengalaman hidup baru yang saya peroleh. Hampir 3 hari persiapan dan materi yang dikeluarkan sangat besar tetapi kalau orang disini sudah bicara adat berapapun uang akan ia keluarkan.
Bulan bulan awal memang kondisi acara sangatlah padat dengan acara yang terus menerus berdatangan mulai dari adat dan acara keagamaan. Pada kegiatan kegamaan, siswa SMA mendapat tugas menyanyi atau koor sehingga kegiatan KBM terganggu.Masuk dibulan Oktober ada acara besar perarakan patung Bunda Maria. Patung Bunda diarak satu Kabupaten dan singgah di Kecamatan Io Kufeu. Saya pun ikut melihat karena acara adat seperti ini jarang sekali terjadi. Patung diarak dan dibawamenuju gereja – gereja dan seluruh warga atau umat Katholik tumpah ruah di jalan mulai dari anak-anak sampai orang tua.  Kepercayaan disini, jika kita bisa ambil bagian dan bisa ikut memikul maka akan mendapatkan berkat atau rahmat dari Tuhan
Pada akhir tahun pelajaran, kegiatan Ujian Semester  ganjil berjalan dengan lancar. Ditutup dengan kemah satu kecamatan atau gugus. Kegiatan ini melibatakan 8 sekolah dari SD sampai SMA. Kegiatan ini berfokus di SDK Fatuao dan berjalan 3 hari. Anak-anak menggunakan terpal untuk dijdikan tenda. Ya terpal sederhana yang penting kita bisa merasakan kegiatan kemah. Tetapi sayangnya ketika kemah hujan, kemah selesai dan berarti libur telah tiba. Libur disini bertepatan dengan hari raya umat mayoritas yaitu Natal. Kegiatan liburan kami isi dengan pergi ke kota.
 Awal masuk kami mulai kembali KBM seperti biasa, siswa diwajibkan menanam jagung karena halaman sekolah masih kosong. Ketika jagung sudah dipanen, jagung ini kemudian dimasak bersama-sama. Ada yang direbus dan ada yang di bakar. Halaman disini sangat dimanfaatkan  untuk menanam sayur. Meskipun air sangatlah susah tetapi kami membuktikan bahwa sayur juga bisa tumbuh.
Akhir tahun pelajaran 2016/2017 pun sebentar lagi berakhir.Siswa telah melaksanakan UN berbasis kertas dan pensil. Ketika pembagian hasil ujian disini uniknya tidak ada konfoi atau corat coret. Serempak siswa memakai pakaian adat tenun dan baju khas NTT, serta tidak lupa memakai tutup kepala atau destar (hampir mirip dengan blangkon di Jawa).
Awal puasa jatuh ketika saya masih di penempatan.Jika teringat rumah saya menjadi sedih. Semua dikerjakan bersama-sama. Berbeda dengan disini yang segala sesuatunya harus dibuat sendiri. Mulai dari memasak sampai makan semua sendiri.Inilah yang namanaya perjuangan. 
Awal bulan Juni kami melaksanakan UAS semester genap. Kegiatan ini berlangsung 7 hari dan berjalan dengan lancar. Setelah setor nilai dan pembagian raport, liburanpun tiba. Kami pun segera bergegas ke kota untuk melaksanakan Ibadah Puasa bersama teman-teman. Akhir Agustus nanti kita nanti SM-3T akan kembali ke Jawa, 2 bulan lagi akan selesai  rasa sedih pun mulai terbayang semoga pendidikan disini tetap berjalan dengan baik dan bisa terus ditingkatkan. Sekian cerita dari saya semoga bermanfaat, salam SM-3T dari tapal batas.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar