Bukan
Piknik Biasa
Yudi
Maryoto, S. Pd.
Jalan-jalan Man! Apa yang terbesit di benak kita
ketika kita mendengar kata-kata
tersebut? Ya! Sesuatu yang menyenangkan pastinya, karena kita berarti akan mengunjungi suatu
tempat tertentu untuk bersenang-senang. Terkadang,
pengertian
yang demikian diidentikan dengan piknik.
Secara sederhana, piknik dapat diartikan sebagai kegiatan mengunjungi
tempat-tempat tertentu dan bertujuan
untuk bersenang-senang. Piknik merupakan salah satu cara yang digunakan
sebagian besar orang untuk melepas penat setelah aktivitas berhari-hari. Bagi sebagian besar orang, piknik
dilakukan di tempat-tempat rekreasi tertentu
seperti
mengunjungi pantai, kebun binatang, mendaki gunung dan lain-lain. Penulis
menganggap melakukan piknik di tempat yang demikian itu terlalu mainstream atau bisa
dibilang kurang tantangan. Memang,
hal tersebut bukanlah suatu hal yang salah. Akan
tetapi, bagi beberapa orang yang mempunyai jiwa
petualang, ia
pasti membutuhkan sesuatu
yang berbeda.
Piknik memiliki banyak cara dan
setiap orang pasti mempunyai cara tersendiri dalam melakukannya. Sebagai
solusi, penulis menawarkan sesuatu yang tidak biasa dalam hal piknik, yaitu
mengikuti program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal
(SM-3T). Apa itu SM-3T?
Mengapa penulis memilih SM-3T sebagai cara untuk piknik? Yeah! Let’s check it out!
SM-3T
merupakan program gagasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sejak 2016- 2017) yang bertujuan
untuk mengatasi berbagai macam permasalahan pendidikan di daerah Terdepan,
Terluar, Tertinggal (3T) serta sebagai wahana untuk mendorong terpenuhinya guru
berkompetensi profesional. SM-3T diselenggarakan oleh Kemendikbud melalui
Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) seluruh Indonesia yang diberi
amanah sebagai penyeleksi peserta SM-3T. Calon peserta haruslah seorang warga
negara Indonesia, berstandar kualifikasi akademik Strata-1 Sarjana Pendidikan
(S.Pd), berumur maksimal 27 tahun dan lain-lain. Calon peserta akan diseleksi
oleh LPTK penyelenggara melalui beberapa tahapan sebelum benar-benar
diberangkatkan ke daerah 3T.
Peserta
yang lolos seleksi kemudian dikirim ke daerah untuk mengemban tugas sebagai pioneer perubahan dalam satuan
pendidikan selama kurang lebih satu tahun. Peserta akan dituntut untuk memilki
jiwa ketahanmalangan selama hidup di daerah tersebut. Banyak tantangan-tantangan
yang akan dihadapi peserta selama mengikuti program nawacita pemerintah ini. Berikut
adalah permasalahan-permasalahan yang akan kita hadapi ketika menjadi peserta
SM-3T.
Tantangan
yang pertama yaitu menjalin hubungan jarak jauh atau sering disebut LDR (long distance relationship). Upss! Arti LDR bukan bermaksud
LDR yang sering kita lihat pada pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih itu
loh! Hehehe! Lebih dari itu,
di sini LDR artinya kita
bersiap menjalin hubungan jarak jauh dengan keluarga. Kita harus berjauhan
dengan bapak, ibu, adik, kakak, kakek, nenek, paman, bibi, pakde, bude, dan
kerabat-kerabat lainnya. Penulis meyakini beberapa peserta SM-3T pasti ada yang
belum pernah berjauhan dengan keluarga selama satu atau dua tahun. Akan tetapi,
seseorang bilang, “Merantaulah agar kamu tahu bagaimana rasanya
rindu,” dan penulis telah membuktikan sendiri bagaimana rasanya ketika
rindu datang menghujam.
Tantangan
yang kedua yaitu jauh dari fasilitas publik. Namanya juga
daerah
3T kita pasti tidak akan menemui
Mall, PIZZA, Indo..., Alfa..., bahkan kemungkinan besar kita akan mengalami
kendala seperti kesulitan sinyal, listrik, air bersih, dan jalan rusak. Akan
tetapi, dibalik itu semua, kita akan sering
disuguhi panorama yang membuat anda tidak menyesal telah dilahirkan dan
dibesarkan di tanah pertiwi, Indonesia. Hutan yang rindang, bukit-bukit yang menjulang, sungai-sungai yang bersih, serta budaya masyarakat yang masih
kental menjadi rutinitas sehari-hari yang akan sering kita jumpai.

Tantangan keempat, selayaknya guru, bersikaplah menjadi
suri tauladan. Peserta SM-3T dituntut untuk mempunyai sifat mudah bergaul,
mudah beradaptasi dan ramah dalam berinteraksi dengan warga sekitar. Hal yang
demikian tentunya menjadi tantangan tersendiri mengingat peserta akan
dihadapkan pada lingkungan masyarakat yang asing bagi dirinya. Oleh karena itu,
jika kamu ada niatan untuk
mengikuti program SM-3T, sebaiknya banyak-banyak belajar dalam berinteraksi
sosial dan menjadi pribadi yang terbuka. Setidaknya, kamu ingat pepatah, “Di mana bumi dipijak, di situ langit
dijunjung.” Berbuat baiklah, dan menyatulah dengan masyarakat maka kita
akan dihargai dan diterima dengan baik.
Itu
beberapa tantangan mengikuti program SM-3T. Bagi beberapa orang, tantangan di
daerah 3T mungkin menjadi masalah, namun sebagian orang lain justru melihat
masalah-masalah yang kemungkinan dihadapi di daerah 3T sebagai bagian untuk
memacu tekad dan semangat untuk menaklukan setiap tantangan yang dihadapi di
masa depan. Pengalaman yang mana tidak
hanya menjadi wahana untuk menambah ilmu, akan tetapi sebagai cara piknik antimainstream ala penulis.
Salam
Sejahtera! Salam
Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia!Editor : Bagas Bages
Tidak ada komentar:
Posting Komentar