Translate

Selasa, 01 Agustus 2017

Bukan Piknik Biasa



Bukan Piknik Biasa
Yudi Maryoto, S. Pd.



Jalan-jalan Man! Apa yang terbesit di benak kita ketika kita mendengar kata-kata tersebut? Ya! Sesuatu yang menyenangkan pastinya, karena kita berarti akan mengunjungi suatu tempat tertentu untuk bersenang-senang. Terkadang, pengertian yang demikian diidentikan dengan piknik. Secara sederhana, piknik dapat diartikan sebagai kegiatan mengunjungi tempat-tempat tertentu dan bertujuan untuk bersenang-senang. Piknik merupakan salah satu cara yang digunakan sebagian besar orang untuk melepas penat setelah aktivitas berhari-hari. Bagi sebagian besar orang, piknik dilakukan di tempat-tempat rekreasi tertentu seperti mengunjungi pantai, kebun binatang, mendaki gunung dan lain-lain. Penulis menganggap melakukan piknik di tempat yang demikian itu terlalu mainstream atau bisa dibilang kurang tantangan. Memang, hal tersebut bukanlah suatu hal yang salah. Akan tetapi, bagi beberapa orang yang mempunyai jiwa petualang, ia pasti membutuhkan sesuatu yang berbeda.
Piknik memiliki banyak cara dan setiap orang pasti mempunyai cara tersendiri dalam melakukannya. Sebagai solusi, penulis menawarkan sesuatu yang tidak biasa dalam hal piknik, yaitu mengikuti program Sarjana Mendidik di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (SM-3T). Apa itu SM-3T? Mengapa penulis memilih SM-3T sebagai cara untuk piknik? Yeah! Let’s check it out!
SM-3T merupakan program gagasan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (sejak 2016- 2017) yang bertujuan untuk mengatasi berbagai macam permasalahan pendidikan di daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T) serta sebagai wahana untuk mendorong terpenuhinya guru berkompetensi profesional. SM-3T diselenggarakan oleh Kemendikbud melalui Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) seluruh Indonesia yang diberi amanah sebagai penyeleksi peserta SM-3T. Calon peserta haruslah seorang warga negara Indonesia, berstandar kualifikasi akademik Strata-1 Sarjana Pendidikan (S.Pd), berumur maksimal 27 tahun dan lain-lain. Calon peserta akan diseleksi oleh LPTK penyelenggara melalui beberapa tahapan sebelum benar-benar diberangkatkan ke daerah 3T.
Peserta yang lolos seleksi kemudian dikirim ke daerah untuk mengemban tugas sebagai pioneer perubahan dalam satuan pendidikan selama kurang lebih satu tahun. Peserta akan dituntut untuk memilki jiwa ketahanmalangan selama hidup di daerah tersebut. Banyak tantangan-tantangan yang akan dihadapi peserta selama mengikuti program nawacita pemerintah ini. Berikut adalah permasalahan-permasalahan yang akan kita hadapi ketika menjadi peserta SM-3T.
Tantangan yang pertama yaitu menjalin hubungan jarak jauh atau sering disebut LDR (long distance relationship). Upss! Arti LDR bukan bermaksud LDR yang sering kita lihat pada pasangan muda-mudi yang sedang memadu kasih itu loh! Hehehe! Lebih dari itu, di sini LDR artinya kita bersiap menjalin hubungan jarak jauh dengan keluarga. Kita harus berjauhan dengan bapak, ibu, adik, kakak, kakek, nenek, paman, bibi, pakde, bude, dan kerabat-kerabat lainnya. Penulis meyakini beberapa peserta SM-3T pasti ada yang belum pernah berjauhan dengan keluarga selama satu atau dua tahun. Akan tetapi, seseorang bilang, “Merantaulah agar kamu tahu bagaimana rasanya rindu,” dan penulis telah membuktikan sendiri bagaimana rasanya ketika rindu datang menghujam.
Tantangan yang kedua yaitu jauh dari fasilitas publik. Namanya juga daerah 3T kita pasti tidak akan menemui Mall, PIZZA, Indo..., Alfa..., bahkan kemungkinan besar kita akan mengalami kendala seperti kesulitan sinyal, listrik, air bersih, dan jalan rusak. Akan tetapi, dibalik itu semua, kita akan sering disuguhi panorama yang membuat anda tidak menyesal telah dilahirkan dan dibesarkan di tanah pertiwi, Indonesia. Hutan yang rindang, bukit-bukit yang menjulang, sungai-sungai yang bersih, serta budaya masyarakat yang masih kental menjadi rutinitas sehari-hari yang akan sering kita jumpai. 
 Tantangan yang ketiga, “Jangan mengaku anak Malaka jika belum pernah mencoba SK.” SK? Apa itu SK? SK merupakan singkatan dari Sopi Kepala yang merupakan minuman tradisional khas daerah timur. Sebenarnya, minuman tradisional khas daerah timur mempunyai berbagai macam jenis danbeberapa daerah-daerah yang satu dan lainnya di wilayah timur berbeda-beda. Kebetulan penulis merupakan peserta SM-3T berlokasi tugas di dusun Wekfau, desa Fatuaruin, kecamatan Sasitamean, kabupaten Malaka, provinsi NTT. Biasanya, minuman tradiosional di daerah penulis ditempatkan adalah SK, Sopi Biasa, dan Laru hasil sadapan getah pohon “Gwang” yang telah difermentasi. Minuman-minuman tradisional tersebut dapat ditemui di setiap jamuan adat, pesta pernikahan, pesta sambut baru, dan acara-acara lainnya. Perlu diketahui, semua jenis minuman tradisional tadi mengandung alkohol. Jadi, bagi Anda yang beragama muslim, Anda harus memiliki kiat khusus jika anda tidak mengkonsumsi ketiga minuman tersebut ya. 

  Tantangan keempat, selayaknya guru, bersikaplah menjadi suri tauladan. Peserta SM-3T dituntut untuk mempunyai sifat mudah bergaul, mudah beradaptasi dan ramah dalam berinteraksi dengan warga sekitar. Hal yang demikian tentunya menjadi tantangan tersendiri mengingat peserta akan dihadapkan pada lingkungan masyarakat yang asing bagi dirinya. Oleh karena itu, jika kamu ada niatan untuk mengikuti program SM-3T, sebaiknya banyak-banyak belajar dalam berinteraksi sosial dan menjadi pribadi yang terbuka. Setidaknya, kamu ingat pepatah, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.” Berbuat baiklah, dan menyatulah dengan masyarakat maka kita akan dihargai dan diterima dengan baik. 

Itu beberapa tantangan mengikuti program SM-3T. Bagi beberapa orang, tantangan di daerah 3T mungkin menjadi masalah, namun sebagian orang lain justru melihat masalah-masalah yang kemungkinan dihadapi di daerah 3T sebagai bagian untuk memacu tekad dan semangat untuk menaklukan setiap tantangan yang dihadapi di masa depan. Pengalaman yang mana tidak hanya menjadi wahana untuk menambah ilmu, akan tetapi sebagai cara piknik antimainstream ala penulis.
Salam Sejahtera! Salam Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia!

Editor : Bagas Bages


Tidak ada komentar:

Posting Komentar