Oleh : Ismi Rika, S. Pd
“ibu…terimakasih selama
2semester ini bersama kami, mengajar kami, membuat kami senang belajar matematika.
Ibu…kalau pulang Jawa jangan lupa dengan kami eww!!!sebenarnya sa ingin ibu
tetap disini, mengajar kami lagi”itulah kata-kata
polos beserta permohonan seorang murid kepada ibu gurunya. Guru yang menemani
mereka, mengajari mereka mengenal pulau—pulau di Indonesia, letak ibu kota
mereka, lautan terluas dunia, negara-negara tetangga,yang sebenarnya anak SD di
kota sudah fahamdiluar kepala akan hal itu, namun baru kemarin mereka tahu.Ya
…itulah memang kondisi sebagian besar putrabangsa di pelosok negeri. Tapi 1
yang perlu dunia tahu, mereka punya semangat untuk maju!!!.
Ha ha ha…mungkin kamu tertawa dan menganggap aku
orang yang sok patriotis. Namun, mau dikata apapun atau bagaimanapun bahwa yang
sebenarnya memang aku cinta Indonesia. Salah satu cara aku menunjukkan rasa
cinta aku adalah ikut progam SM3T. Program ini diselenggarakan oleh Kemdikbud
yang tahun-tahun sebelumnya di pegang oleh dikti. Apa itu SM3T?searching saja di internet kamu akan menemukan berbagai
informasi tentang SM3T, aku kasih bocoran sedikit deh….hehe SM3T singkatan dari
Sarjana Mendidik di daerah 3T(Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).Hehe sudah
sedikit tau kan itu tentang apa, ya
berhubung aku adalah seorang lulusan sarjana pendidikan, aku ingin mengamalkan
apa yang aku dapatkan dibangku kuliah. Itung- itung menambah timbangan amal
baik di mizan nanti dan ketika aku meninggal
nanti masih bisa merasakan manfaatnya,
hehe lebay dikit bolehh lah. Aku tau program ini sejak tahun 2012 tepatnya
ketika aku sudah memasuki semester awal di kuliah tahun pertamaku, rasa ingin tahu yang membuat aku
terus menggali informasi dan mengikuti seminar alumni dari senior angkatan
sebelumnya. Setelah resmi menjadi sarjana pendidikan berjurusan pendidikan Matematika
sebagai salah satu lulusan sekolah
tinggi keguruan milik PGRI di kabupaten Jombang. Aku mendaftarkan diri menjadi peserta
SM3T angkatan VI melalui LPTK penyelenggara yaitu UNY. Alhamdulillah aku lulus
hingga tahap prakondisi dan berangkat
menuju daerah penempatan.Pada 04 September 2016, kami 53 orang terbang ke pulau
Timor dengan tujuan akhir Kabupaten Malaka, NTT.Kabupaten yang selama setahun
sebagai tempat pengabdianku ini berbatasan langsung dengan RDTL(Republik
Demokrat Timor Leste).
Sebelum pemberangkatan aku sudah searchingbagaimana keaadan Kabupaten
ini, sehingga ketikapertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Timor ini
sedikit banyak tidak lagi takut. Sewaktu aku mengintip dari jendela pesawat
saat itu yang ada di fikiran aku,,,wah beneran ini pulau Timor daratannya
gunung-gunung semua, kog gersang begini? Apa benar nanti aku akan kesusahan
air?signal? listrik? Namun semua
kecemasan yang tak penting itu tersingkirkan dengan kecintaanku terhadap anak-anak
didik yang kutemui nanti. Semua itu bagiku adalalah skenario indah dari Allah
selama pengabdianku.
***
Minggu, 4 September 2016 kala itu setelah kami chek outdari penginapan dan bersiap
menuju kantor dinas pendidikan Malaka dan berlanjut ke kantor bupati untuk
mendengarkan SK penugasan dari bupati Malaka serta penjemputan dari
masing-masing kepala sekolah. Ya…karena memang kami belum tahu kecamatan mana
nantinya kami akan ditugaskan.Aku yakin fikiran teman-temanku ketika itu ada
rasa cemas, takut, bahkan mungkin santai seperti aku, he he he. Aku yakin
keputusan yang dibacakan nanti adalah takdir Tuhan, tidak ada cobaan dan
masalah yang Tuhan berikan melampui batas kemampuan hambanya. Bismillahirramannirrahim
dengan tekat kuat, aku bisikan dalam hatiku, bahwa aku BISAAA!!!
Tidak aku ceritakan panjang lebar bagaimana perjalanan yang
ditempuh untuk sampai di penempatan. Hanya satu kalimat untuk menggambarkannya.
Sore yang berdebu, malam gelap gulita, sunyi, dingin, jalanan bebatuan, suara
anak bermain di gelapnya malam bahkan suara burung hantu dan long-longan anjing
ketika kami melintasi hutan, benar ya gengs,
bukan saya mendramatisir keadaan, hahahaha.
Malam aku sampai di penempatan paginya aku masuk
sekolah karena keinginan aku meskipun Pak Fransiscus Asa selaku kepala sekolah
menyarankan untuk istirahat dulu lusa baru masuk. Namun, keinginanku untuk
segera bertemu dengan anak-anak mengalahkan rasa capekmenempuh perjalanan yang
cukup panjang dan melelahkan.
Pagi kala itu, Senin 05 September 2016, aku masuk ke
sekolah. SMPN Satap Oetfo, Desa Bani-bani kecamatan Io Kufeu,di sekolah ini InsyaAllah
dalam waktu 1 tahun aku akan mengabdi, memberikan ilmu yang aku punya untuk
mereka. Suka duka pasti akan kulewati namun melihat senyum mereka ketika
menyambutku fikiran negatifku tersingkirkan. Pagi itu, aku sekejap menjadi
artis bagi mereka, aku yang berkerudung lebar bagai sesuatu hal yang baru bagi
mereka, akudikerumuni, dipertontonkan, bisikan-bisikan dengan bahasa daerah
yang tak akumengerti. Aku bahagia,karena mereka menyambut aku dengan bahagia
pula, walaupun aku adalah seorang muslim, sedangkan mereka kristiani.
Hari-hari aku lewati dengan penuh semangat yang
membara, aku ingin ada perubahan pada diri mereka, yang pasti adalah perubahan
yang baik. Kusuntikan pada diri mereka semangat dan kata-kata motivasi agar
mereka tidak takut untuk mempunyai mimpi yang tinggi. Selalu aku mengatakan bermimpilah
dan lakukan yg terbaik dimasa sekarang karena masa depan adalah hasil yang akan
kalian peroleh dari usaha masa sekarang. Berfikirlah luas, jangan sampai hanya
tau Oetfo, dunia ini luas, maka jangan kalian lahir di Oetfo, hidup dan menikah
nanti dengan orang Oetfo serta mati di Oetfo pula. Jangan hidup seperti katak
dalam tempurung. Itu yang selalu aku teriakkan di kuping-kuping mereka, semoga
tidak hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. haaha
Aku mendapatkan banyak pengalaman di sekolah ini. Tidak hanya
menjadi seorang guru, tetapi ada kalanya menjadi sosok kepala sekolah karena harus
mengatur sekolah, bahkan menjadi tukang kebun karena harus meneladani mereka
menjaga dan membersihkan lingkungan sekolah, menanam serta merawat tanaman.Bahkan
menjadi dokterketika murid sedang sakit dan yang tak kalah penting adalah aku
belajar untuk siswa bisa memahami bicaraku dan penjelasanku ketika di kelas. Kesimpulannya
adalah guru SM3T harus serba bisa.
Aku bahagia dan bangga menjadi salah satu dari
ribuan guru SM3T yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Sejak hari pertama
masuk, mereka harus terbiasa berbaris dengan rapi ketika apel pagi maupun apel
siang. Cara mengucapkan salam harus diperbaiki, menyanyikan mars pelajar harus
dengan suara lantang dan penuh penghayatan. Pada proses pembelajaran berbagai
cara kulakukan agar mereka tidak menjadi pemalu baik malu berbicara ataupun
mengerjakan di papan tulis, lebih semangat sekolah, semangat belajar, dan tentu
agar mereka lebih disiplin serta mengerti sopan santun baik dengan guru maupun
dengan orang tua yang ada dirumah.Aku sering mengajak mereka melakukan permainan
sederhana yang mendidik disela-sela pelajaran ketika aku lihat mereka sudah
mulai bosan. Sampai- sampai ketika akusengaja tidak memberikan permainan,
serentak mereka berteriak” buuu…permainan,
buuu…permainan,buuu…permainan ya”hahaha
seketika itu aku tersenyum dan sekali lagi mereka berteriak” horeeeeeee “
Kepala dinas Malaka memiliki semboyan yang harus
diterapkan setiap siswa sekolah. Salah satunya adalah salam lima jari (sambil mengayunkan
lima jari kedepan dan melipatkan jari jemari satu persatu)sembari berkata”pagi
mandi, sore mandi, makan berdoa, tidur bangun berdoa, selalu rajin”.Setiap
apel pagi mengecek siswa satu persatu apakah sebelum berangkat kesekolah sudah
mandi atau belum, makan pagi, dan paling tidak kalah penting adalah kebersihan
kuku. Setiap kesekolah aku membawa pemotong kuku untuk setiap kali kulihat ada
siswa yang kukunya kotor dan panjang segeradipotong.
***
Musim asam adalah saksi kedatanganku di tanah Timor
ini, dan akan menjadi saksi pula kepulanganku di bulan Agustus
mendatang. Aku suka dengan dunia yang baru berjalan ini, adat istiadat yang saling
mehormati, kehidupan kampung yang sangat harmonis, walaupun disamping itu ada
usaha untuk menyesuaikan diri yang tak terkecuali ada konflik yang tidak usah
aku publikasikan juga dsini, serta pengalamanku bersama anak-anak menghabiskan
sore hari untuk pergi kehutan sekedar bermain atau mencari buah-buahan untuk
dimakan. Ini semua merupakan pengalaman yang tidak pernah aku lupakan walaupun
bagiku melelahkan namun memberikan warna dalam kehidupanku.
Ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, tak
pernah absen kudengar setiap hari, berkali-kali, saat bertemu siapa saja yang
ada dijalan, dari anak-anak, orang dewasa, maupun tetua adat. Ketika melewati
rumah warga pun aku selalu disuruh untuk singgah, dan seperti biasa aku
menjawab “ onoiin au boren” menjawab
dalam bahasa dawan yang artinya “
tidak usah saya terus sudah”. Dan ketika itu juga mereka akan tertawa karena
pengucapanku dalam bahasa dawan yang aneh
ditelinga mereka. Aku sadar karena memang lidahku adalah lidah Jawa. Tapi aku
bangga selama hampir setahun ini aku bisa membawa pulang dan tau sedikit bahasa
dawan.Tak lupa kuceritakan keluarga baruku, bapak mama asuhku di tanah Timor.
Beliau adalah bapak Mathias Liko dan
mama Blandina Roman. Mereka adalah orang tua asuhku menyayangiku seperti
anaknya sendiri dan memang aku sudah dianggap seperti anak bungsunya, tapi ssstttt awas kalau anak bungsunya iri karena
posisinya tergantikan olehku. Hehehe
Inilah kisah ceritaku yang Akan kulewati sisa 1
bulan pengabdianku untuk
kumaksimalkan sebisa yang kulakukan. Banyak pengalaman yang aku dapatkan dari
proses yang tak terbilang singkat ini. Wawasanku bertambah, wawasan tentang
menghadapi anak pelosok negeri, pemilihan metode pembelajaran tepat dan sesuai,
sosial kemasyarakatan, bekerja dalam team,
menghormati adat budaya tanpa harus melebur, dan yang tak kalah penting menjadi
ibu guru yang tangguh(hahaha). Tak lupa syukur Alhamdulillah kupanjatkan kepada
Allah SWT Tuhan pemilik langit, bumi, dan diantara keduanya atas skenario
indahnya. Inilah jejak lahkahku yang
akan kuceritakan kembali ke anak cucuku, insyaAllah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar