Translate

Sabtu, 12 Agustus 2017

Jejak Lahkahku…



Oleh : Ismi Rika, S. Pd
ibu…terimakasih selama 2semester ini bersama kami, mengajar kami, membuat kami senang belajar matematika. Ibu…kalau pulang Jawa jangan lupa dengan kami eww!!!sebenarnya sa ingin ibu tetap disini, mengajar kami lagi”itulah kata-kata polos beserta permohonan seorang murid kepada ibu gurunya. Guru yang menemani mereka, mengajari mereka mengenal pulau—pulau di Indonesia, letak ibu kota mereka, lautan terluas dunia, negara-negara tetangga,yang sebenarnya anak SD di kota sudah fahamdiluar kepala akan hal itu, namun baru kemarin mereka tahu.Ya …itulah memang kondisi sebagian besar putrabangsa di pelosok negeri. Tapi 1 yang perlu dunia tahu, mereka punya semangat untuk maju!!!.
Ha ha ha…mungkin kamu tertawa dan menganggap aku orang yang sok patriotis. Namun, mau dikata apapun atau bagaimanapun bahwa yang sebenarnya memang aku cinta Indonesia. Salah satu cara aku menunjukkan rasa cinta aku adalah ikut progam SM3T. Program ini diselenggarakan oleh Kemdikbud yang tahun-tahun sebelumnya di pegang oleh dikti. Apa itu SM3T?searching  saja di internet kamu akan menemukan berbagai informasi tentang SM3T, aku kasih bocoran sedikit deh….hehe SM3T singkatan dari Sarjana Mendidik di daerah 3T(Terdepan, Terluar, dan Tertinggal).Hehe sudah sedikit tau kan itu tentang apa, ya berhubung aku adalah seorang lulusan sarjana pendidikan, aku ingin mengamalkan apa yang aku dapatkan dibangku kuliah. Itung- itung menambah timbangan amal baik di mizan nanti dan ketika aku meninggal nanti  masih bisa merasakan manfaatnya, hehe lebay dikit bolehh lah. Aku tau program ini sejak tahun 2012 tepatnya ketika aku sudah memasuki semester awal di kuliah tahun pertamaku, rasa ingin tahu yang membuat aku terus menggali informasi dan mengikuti seminar alumni dari senior angkatan sebelumnya. Setelah resmi menjadi sarjana pendidikan berjurusan pendidikan Matematika sebagai salah satu  lulusan sekolah tinggi keguruan milik PGRI di kabupaten Jombang. Aku mendaftarkan diri menjadi peserta SM3T angkatan VI melalui LPTK penyelenggara yaitu UNY. Alhamdulillah aku lulus hingga tahap prakondisi  dan berangkat menuju daerah penempatan.Pada 04 September 2016, kami 53 orang terbang ke pulau Timor dengan tujuan akhir Kabupaten Malaka, NTT.Kabupaten yang selama setahun sebagai tempat pengabdianku ini berbatasan langsung dengan RDTL(Republik Demokrat Timor Leste).

Sebelum pemberangkatan aku sudah searchingbagaimana keaadan Kabupaten ini, sehingga ketikapertama kali aku menginjakkan kaki di tanah Timor ini sedikit banyak tidak lagi takut. Sewaktu aku mengintip dari jendela pesawat saat itu yang ada di fikiran aku,,,wah beneran ini pulau Timor daratannya gunung-gunung semua, kog gersang begini? Apa benar nanti aku akan kesusahan air?signal? listrik? Namun semua kecemasan yang tak penting itu tersingkirkan dengan kecintaanku terhadap anak-anak didik yang kutemui nanti. Semua itu bagiku adalalah skenario indah dari Allah selama pengabdianku.
***
Minggu, 4 September 2016 kala itu setelah kami chek outdari penginapan dan bersiap menuju kantor dinas pendidikan Malaka dan berlanjut ke kantor bupati untuk mendengarkan SK penugasan dari bupati Malaka serta penjemputan dari masing-masing kepala sekolah. Ya…karena memang kami belum tahu kecamatan mana nantinya kami akan ditugaskan.Aku yakin fikiran teman-temanku ketika itu ada rasa cemas, takut, bahkan mungkin santai seperti aku, he he he. Aku yakin keputusan yang dibacakan nanti adalah takdir Tuhan, tidak ada cobaan dan masalah yang Tuhan berikan melampui batas kemampuan hambanya. Bismillahirramannirrahim dengan tekat kuat, aku bisikan dalam hatiku, bahwa aku BISAAA!!!
Tidak aku ceritakan panjang lebar bagaimana perjalanan yang ditempuh untuk sampai di penempatan. Hanya satu kalimat untuk menggambarkannya. Sore yang berdebu, malam gelap gulita, sunyi, dingin, jalanan bebatuan, suara anak bermain di gelapnya malam bahkan suara burung hantu dan long-longan anjing ketika kami melintasi hutan, benar ya gengs, bukan saya mendramatisir keadaan, hahahaha.

Malam aku sampai di penempatan paginya aku masuk sekolah karena keinginan aku meskipun Pak Fransiscus Asa selaku kepala sekolah menyarankan untuk istirahat dulu lusa baru masuk. Namun, keinginanku untuk segera bertemu dengan anak-anak mengalahkan rasa capekmenempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan.
Pagi kala itu, Senin 05 September 2016, aku masuk ke sekolah. SMPN Satap Oetfo, Desa Bani-bani kecamatan Io Kufeu,di sekolah ini InsyaAllah dalam waktu 1 tahun aku akan mengabdi, memberikan ilmu yang aku punya untuk mereka. Suka duka pasti akan kulewati namun melihat senyum mereka ketika menyambutku fikiran negatifku tersingkirkan. Pagi itu, aku sekejap menjadi artis bagi mereka, aku yang berkerudung lebar bagai sesuatu hal yang baru bagi mereka, akudikerumuni, dipertontonkan, bisikan-bisikan dengan bahasa daerah yang tak akumengerti. Aku bahagia,karena mereka menyambut aku dengan bahagia pula, walaupun aku adalah seorang muslim, sedangkan mereka kristiani.

Hari-hari aku lewati dengan penuh semangat yang membara, aku ingin ada perubahan pada diri mereka, yang pasti adalah perubahan yang baik. Kusuntikan pada diri mereka semangat dan kata-kata motivasi agar mereka tidak takut untuk mempunyai mimpi yang tinggi. Selalu aku mengatakan bermimpilah dan lakukan yg terbaik dimasa sekarang karena masa depan adalah hasil yang akan kalian peroleh dari usaha masa sekarang. Berfikirlah luas, jangan sampai hanya tau Oetfo, dunia ini luas, maka jangan kalian lahir di Oetfo, hidup dan menikah nanti dengan orang Oetfo serta mati di Oetfo pula. Jangan hidup seperti katak dalam tempurung. Itu yang selalu aku teriakkan di kuping-kuping mereka, semoga tidak hanya masuk telinga kanan lalu keluar telinga kiri. haaha
Aku mendapatkan banyak  pengalaman di sekolah ini. Tidak hanya menjadi seorang guru, tetapi ada kalanya menjadi sosok kepala sekolah karena harus mengatur sekolah, bahkan menjadi tukang kebun karena harus meneladani mereka menjaga dan membersihkan lingkungan sekolah, menanam serta merawat tanaman.Bahkan menjadi dokterketika murid sedang sakit dan yang tak kalah penting adalah aku belajar untuk siswa bisa memahami bicaraku dan penjelasanku ketika di kelas. Kesimpulannya adalah guru SM3T harus serba bisa.

Aku bahagia dan bangga menjadi salah satu dari ribuan guru SM3T yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia. Sejak hari pertama masuk, mereka harus terbiasa berbaris dengan rapi ketika apel pagi maupun apel siang. Cara mengucapkan salam harus diperbaiki, menyanyikan mars pelajar harus dengan suara lantang dan penuh penghayatan. Pada proses pembelajaran berbagai cara kulakukan agar mereka tidak menjadi pemalu baik malu berbicara ataupun mengerjakan di papan tulis, lebih semangat sekolah, semangat belajar, dan tentu agar mereka lebih disiplin serta mengerti sopan santun baik dengan guru maupun dengan orang tua yang ada dirumah.Aku sering mengajak mereka melakukan permainan sederhana yang mendidik disela-sela pelajaran ketika aku lihat mereka sudah mulai bosan. Sampai- sampai ketika akusengaja tidak memberikan permainan, serentak mereka berteriak” buuu…permainan, buuu…permainan,buuu…permainan ya”hahaha seketika itu aku tersenyum dan sekali lagi mereka berteriak” horeeeeeee “
Kepala dinas Malaka memiliki semboyan yang harus diterapkan setiap siswa sekolah. Salah satunya adalah salam lima jari (sambil mengayunkan lima jari kedepan dan melipatkan jari jemari satu persatu)sembari  berkata”pagi mandi, sore mandi, makan berdoa, tidur bangun berdoa, selalu rajin”.Setiap apel pagi mengecek siswa satu persatu apakah sebelum berangkat kesekolah sudah mandi atau belum, makan pagi, dan paling tidak kalah penting adalah kebersihan kuku. Setiap kesekolah aku membawa pemotong kuku untuk setiap kali kulihat ada siswa yang kukunya kotor dan panjang segeradipotong.
***
Musim asam adalah saksi kedatanganku di tanah Timor ini, dan akan menjadi saksi pula kepulanganku di bulan Agustus mendatang. Aku suka dengan dunia yang baru berjalan ini, adat istiadat yang saling mehormati, kehidupan kampung yang sangat harmonis, walaupun disamping itu ada usaha untuk menyesuaikan diri yang tak terkecuali ada konflik yang tidak usah aku publikasikan juga dsini, serta pengalamanku bersama anak-anak menghabiskan sore hari untuk pergi kehutan sekedar bermain atau mencari buah-buahan untuk dimakan. Ini semua merupakan pengalaman yang tidak pernah aku lupakan walaupun bagiku melelahkan namun memberikan warna dalam kehidupanku.
Ucapan selamat pagi, selamat siang, selamat sore, tak pernah absen kudengar setiap hari, berkali-kali, saat bertemu siapa saja yang ada dijalan, dari anak-anak, orang dewasa, maupun tetua adat. Ketika melewati rumah warga pun aku selalu disuruh untuk singgah, dan seperti biasa aku menjawab “ onoiin au boren” menjawab dalam bahasa dawan yang artinya “ tidak usah saya terus sudah”. Dan ketika itu juga mereka akan tertawa karena pengucapanku dalam bahasa dawan yang aneh ditelinga mereka. Aku sadar karena memang lidahku adalah lidah Jawa. Tapi aku bangga selama hampir setahun ini aku bisa membawa pulang dan tau sedikit bahasa dawan.Tak lupa kuceritakan keluarga baruku, bapak mama asuhku di tanah Timor. Beliau adalah bapak Mathias  Liko dan mama Blandina Roman. Mereka adalah orang tua asuhku menyayangiku seperti anaknya sendiri dan memang aku sudah dianggap seperti anak bungsunya, tapi ssstttt awas kalau anak bungsunya iri karena posisinya tergantikan olehku. Hehehe
Inilah kisah ceritaku yang Akan kulewati sisa 1 bulan pengabdianku untuk kumaksimalkan sebisa yang kulakukan. Banyak pengalaman yang aku dapatkan dari proses yang tak terbilang singkat ini. Wawasanku bertambah, wawasan tentang menghadapi anak pelosok negeri, pemilihan metode pembelajaran tepat dan sesuai, sosial kemasyarakatan, bekerja dalam team, menghormati adat budaya tanpa harus melebur, dan yang tak kalah penting menjadi ibu guru yang tangguh(hahaha). Tak lupa syukur Alhamdulillah kupanjatkan kepada Allah SWT Tuhan pemilik langit, bumi, dan diantara keduanya atas skenario indahnya. Inilah jejak lahkahku yang akan kuceritakan kembali ke anak cucuku, insyaAllah.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar