Translate

Minggu, 20 Agustus 2017

KABUPATEN BARU BERNAMA MALAKA




Oleh : Afandi Ikhsan, S.Pd

Perkenalkan sebelumnya saya Afandi Ikhsan, S.Pd salah satu dari 53 anggota SM-3T (Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) angkatan VI UNY tahun 2016/2017 yang ditugaskan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, lebih tepatnya di Kabupaten yang baru pemekaran pada tahun 2013 atau berdiri yaitu Kabupaten Malaka yang dulunya tergabung dalam Kabupaten Belu. Dikarenakan Kabupaten Malaka adalah kabupaten baru, masih banyak sarana dan prasarana yang belum dibangun sehingga bisa disebut kabupaten yang masih tertinggal. Kabupaten Malaka adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam kategori 3T (Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) dan berbatasan langsung dengan negara Timor Leste. Kabupaten Malaka terdiri atas 12 kecamatan yaitu : Kecamatan Botin Leobele, Kecamatan Io Kufeu, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan Laen Manen, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka Timur, Kecamatan Rinhat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Weliman, dan Kecamatan Wewiku. Keadaan geografis disini pegunungan, perbukitan dan berbatasan langsung dengan pantai sehingga mayoritas mata pencaharian sebagai petani, berkebun, berternak, dan nelayan. Mayoritas penduduk Malaka beragama Katolik, tetapi rasa toleransi disini sangat dijunjung tinggi bagi pemeluk agama lainnya. Kebudayaan asli daerah Malaka masih sangat kental antara lain tarian Likurai, Bidu, Tebe dan lain-lain. Bahasa yang digunakan selain bahasa Indonesia yaitu bahasa Tetun, Bunaq dan Dawan.
Senin 5 September 2016 saat pertama kali sampai menginjakkan kaki di Provinsi Nusa Tenggara Timur turun di Bandara El Tari Kupang kami disambut dan dijemput oleh utusan dari Dinas PKPO Kabupaten Malaka. Perjalanan dari Kupang menuju Kabupaten Malaka kami tempuh dengan perjalanan darat menggunakan otto rental (otto dalam bahasa disini artinya mobil) selama 8 jam mulai pukul 18.00 WITA sd 02.00 WITA. Perjalanan malam hari itu melalui jalan yang berkelok-kelok naik turun gunung dan jalan yang tidak mulus, sesuatu yang tidak pernah saya temui di tempat kelahiran saya. Selama perjalanan banyak teman yang mabuk perjalanan sehingga memakan waktu perjalanan ditambah lagi ban oto pecah. Sesampainya di Kabupaten Malaka pukul 02.00 kami sudah sampai tempat penginapan untuk beristirahat karena keesokan harinya akan di adakan pertemuan dan penyerahan kepada pemerintah setempat.
Pagi hari kami dari penginapan dijemput menggunakan sepeda menuju kantor dinas PKPO Kabupaten Malaka yang letaknya tidak jauh dari penginapan. Disana kami disambut dan diberikan pengarahan oleh Kepala Dinas PKPO Kabupaten Malaka Petrus Bria Seran,MM beserta jajarannya dan kepala sekolah dimana kami akan ditugaskan nantinya selama satu tahun kedepan. Setelah selesai acara di kantor Dinas PKPO kami kembali lagi ke penginapan untuk menuju kantor Dinas Bupati Malaka, Disana kami mendapatkan arahan langsung oleh Bupati dr. Stefanus Bria Seran beserta jajaran pemerintah Kabupaten Malaka, acara ramah tamah dan serah terima guru SM-3T untuk mengabdi selama satu tahun kedepan. Setelah selesai acara tersebut kami satu persatu dipanggil dan dibacakan nama sekolah dan tempat kami mengabdi selama satu tahun kedepan, kamipun langsung tahu tempat tugas kami dan bertemu dengan kepala sekolah atau perwakilannya untuk segera menuju ketempat pengabdian. Saya mendapatkan tempat tugas di SDI Laluan Desa Barene Kecamatan Malaka Tengah, sayapun langsung dijemput oleh kepala sekolah SDI Laluan yaitu Maria Ade Tey Seran S.Pd beserta suami beliau bapak Paulus Berek ketika pertama kali berkenalan dan berjabat tangan dengan beliau ini saya diberikan selendang khas Malaka, beliau mengatakan kalau selendang ini adalah ciri khas Malaka. Saya diajak untuk tinggal dirumah beliau, sesampainya di sana saya diperkenalkan oleh anggota keluarga yang ada dirumah beliau, suasana kala itu sangat akrab dan penuh canda tawa.

Dikecamatan Malaka tengah sendiri terdapat 3 anggota SM-3T dimana tempat kami bertugas jaraknya tidak terlalu jauh yaitu Septi Afifah, S.Pd yang bertugas di SMA Halioan Desa Barene Kecamatan Malaka Tengah dan Leli Prastiwi S.Pd di SDI Numbei Desa Kateri Kecamatan Malaka Tengah. Kecamatan Malaka Tengah sebagian besar masyarakatnya berbahasa Tetun, dan sebagian kecil berbahasa Dawan. Datarannya terdiri atas dataran rendah dan kawasan perbukitan dengan presentase seimbang, padi dan kemiri merupakan komoditi unggulnya, sapi dan babi merupakan ternak utama yang dihasilkan di kecamatan ini. Kecamatan Malaka Tengah bisa disebut jantungnya Kabupaten Malaka karena hampir seluruh kantor pemerintahan berdiri di Kecamatan Malaka Tengah,  dibanding dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Malaka, Kecamatan Malaka Tengah lebih menerima perubahan dari luar seperti diterimanya dengan baik pendatang dari luar. Suasana keagamaan di Kecamatan Malaka Tengah sangat toleran mulai dari agama yang mayoritas yaitu Katolik dan agama yang minoritas yaitu Kristen dan Islam bisa saling menghormati acara keagamaan masing-masing.Pernah suatu ketika saya diajak diacara keagamaan Katolik perarakan patung Bunda Maria disitu ada yang tau kalau saya beragama Islam ketika jamuan makan saya di suruh memotong ayam sendiri untuk makan karena jamuan yang mereka siapkan tidak ada untuk muslim, itulah salah satu bukti begitu tingginya toleransi antar agama di sini.
Saya sendiri tinggal bersama dengan keluarga kepala sekolah. Kegiatan sehari-hari dirumah kepala sekolah tidak berbeda dengan di tempat daerah asal saya, saya diberi tugas untuk menjaga ternak beliau yang berupa sapi. Disini sapi tidak dikandangkan tetapi dilepas setiap paginya di kebun belakang rumah dan setiap sore digiring pulang serta diberikan minum. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke sekolah kurang lebih 7 km ditempuh dengan sepeda motor setiap harinya kurang lebih 30 menit. Setiap harinya saya berangkat pukul 06.30 WITA berboncengan dengan kepala sekolah. Jalan yang kami lalui tidak seperti pada umumnya yang ada di Jawa dengan jalan mulus beraspal, jalan menuju ke sekolah masih tanah berbatu lepas mendaki melewati hutan jati yang tidak ada penduduknya pernah ban motor kami kempes di tengah hutan dan kami harus mendorong motor berkilo-kilo jauhnya. Jika musim hujan tiba kami berangkat lebih awal membawa pakaian ganti dikarenakan medan yang berlumpur membuat pakaian yang kami kenakan penuh dengan lumpur, beberapa kali si pembonceng harus turun karena jalan mendaki dan berlumpur.

SDI Laluan terletak di desa Barene, masyarakat di desa Barene sangat ramah ketika saya datang pertama kali disana saya disambut dengan senyum dan sapa pernah beberapa kali saya dipanggil diajak makan bersama dan diberi hasil kebun. Masyarakat di sana mayoritas  bekerja sebagai petani, berkebun, dan berternak. Keadaan ekonomi disana bisa dibilang kurang juga kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak mereka juga masih kurang pada musim-musim tertentu siswa tidak berangkat ke sekolah karena membantu orang tuanya memanen hasil kebun contohnya kemiri, pinang dan lain-lain. Kegiatan belajar mengajar di SDI Laluan bisa dibilang sangat kondusif karena lingkungan sekolah jauh dari hiruk pikuk suara kendaraan bermotor dan keramaian dikarenakan letaknya yang jauh dari jalan utama dan terletak dibawah perbukitan sehingga tidak ada suara-suara yang mengganggu kegiatan belajar mengajar. Hanya akses yang masih sulit untuk menuju ke lokasi karena jalan belum ada pengaspalan dan listrik belum masuk.
Jumlah guru di SDI Laluan berjumlah 9 orang dengan saya dan jumlah kelasnya ada 6 kelas dengan jumlah siswa 63 siswa, keadaan gedung sekolah masih bisa dibilang layak dengan jumlah 6 ruang kelas 1 ruang perpustakaan dan 1 ruang guru. Kebersihan lingkungan sekolah sudah mulai disadari terbukti dengan di galakannya piket kelas, bersih sekolah setiap hari jumat dan pembuatan pagar agar tidak ada ternak sapi maupun babi yang masuk mengotori lingkungan sekolah akan tetapi kesadaran siswa masih sangat kurang dalam menjaga kebersihan diri. Banyak siswa yang masih malas mandi ketika berangkat ke sekolah sehingga mengganggu proses kegiatan belajar mengajar, karena sebab itu dari Dinas PKPO mengeluarkan motto untuk anak sekolah di Kabupaten Malaka “anak malaka anak lima jari” bunyinya pagi mandi, sore mandi, makan berdoa, tidur bangun berdoa, selalu rajin. Setiap paginya sebelum masuk kelas siswa dibariskan untuk berdoa sekaligus pengecekan yang dilakukan oleh guru apakah siswa sudah mandi atau belum, bagi siswa yang belum mandi sekolah menyiapkan sabun mandi dan sampo, kemudian guru membawa siswa ke sumber mata air terdekat dan menyuruh siswa mandi.
Mengajarkan kedisiplinan di sini memang tidak mudah tetapi harus di ajarkan karena hal tersebut akan tertanam pada anak hingga mereka dewasa nanti. Di SDI Laluan saya bertugas mengajar dikelas V sebagai guru mata pelajaran IPS dan Matematika, sedangkan di kelas VI sebagai guru mata pelajaran Matematika dan sebagai Pembina Pramuka tingkat siaga untuk kelas atas. Salah satu cara mengajarkan kedisiplinan, kerukunan, kemandirian dan kepedulian pada lingkungan melalui kegiatan pramuka. Dalam kegiatan pramuka yang dilaksanakan di SDI Laluan diajarkan sejarah dan perkembangan pramuka, lagu-lagu pramuka, bagaimana tata cara baris berbaris dan lain-lain. Disela-sela pelajaran pramuka maupun di kelas diberikan arahan serta contoh bagaimana  cara menjaga kebersihan diri dengan : cara mencuci tangan dengan sabun, cara menggosok gigi dengan benar, cara mandi dengan benar dan lain-lain. Semenjak itu setiap apel  pagi sudah banyak perubahan yang signifikan banyak anak yang sudah mandi sebelum kesekolah dan datang tepat pada waktunya. Mengajar di sini berbeda dengan di Jawa dikarenakan disini belum banyak teknologi yang masuk salah satu contohnya yaitu listrik, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus menyiapkan media pembelajaran yang sesuai semisal dalam pelajaran IPS masih banyak siswa yang tidak tahu apa itu alat transportasi darat berupa kereta api dikarenakan kereta api hanya ada di jawa dan sumatera untuk itu contohnya saya menggunakan media berupa gambar dan video. Belum adanya listrik sangat berpengaruh bagi perkembangan siswa, contohnya dengan menonton televisi mereka bisa melihat apa yang ada diluar sana yang tidak ada di lingkungan dan daerahnya dengan begitu detail dibandingkan dengan melihat gambar atau mendengarkan cerita dari guru. Listrik di sini masih menjadi barang mewah ada beberapa penduduk yang menggunakan penerangan tenaga surya atau sehen, dan ada juga yang memiliki genset, genset dan sehen hanya menyala di malam hari tapi tidak semua penduduk di sini memilikinya. Ketika mereka menonton televisi mereka menumpang dirumah tetangga yang memiliki televisi, mereka menonton secara beramai-ramai sesuatu yang sudah tidak lagi bisa saya temui di daerah asal saya.
Perubahan perilaku guru di sekolah semenjak siswa lebih tertib mengalami perubahan, dimana yang dulunya guru menghukum dan melakukan kontak fisik berubah menjadi pendekatan yang lebih humanis sehingga kegiata belajar mengajar tidak mengalami gangguan. Banyak guru yang sudah menerapkan metode pembelajaran dan media pembelajaran yang tepat dibandingkan dulu guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang itu-itu saja contohnya ceramah dan penugasan sehingga siswa masih banyak yang belum paham pada mata pelajaran tertentu. Dulu guru sering terlambat datang ke sekolah dengan alasan, “kenapa harus berangkat pagi jika siswa saja sering terlambat kita masuk kelas belum ada siswa” kata salah seorang guru. Semenjak siswa tertib waktu gurupun berubah berangkat tepat waktu, sehingga terjadi keseimbangan antara siswa dan guru. Begitu juga sumber belajar yang digunakan dulunya buku sebagai sumber belajar siswa tidak mencukupi dengan jumlah siswa misalnya satu buku dipakai oleh tiga atau empat siswa, semenjak antusias belajar siswa meningkat sekolah memperbanyak sumber belajarnya dengan cara foto copy, sekarang siswa tidak lagi berebut buku.
Kegiata belajar mengajar di Kabupaten Malaka tidak melulu di sekolah saja tetapi juga ada perlombaan yang di gagas oleh dinas PKPO misalnya olahraga, seni budaya dan lain-lain. Sehingga siswa dituntut untuk berani tampil berkompetisi dengan sekolah lain hal ini menimbulkan rasa percaya diri siswa lebih meningkat. Pernah waktu itu diadakan acara pramuka yang bertajuk acara pelantikan pengurus pramuka kabupaten malaka, setiap sekolah mengirim perwakilannya 10 siswa perempuan dan 10 siswa pramuka laki-laki. Seusai acara pelantikan kami berjalan kaki menuju tempat jamuan makan yang berjarak kurang lebih 3 km. Disana kami makan bersama dibawah langit, saat makan tiba-tiba hujan turun kamipun bergegas makan secepatnya dan mencari tempat berteduh tetapi tidak saya lihat raut wajah kecewa murid-murid saya mereka malah tertawa bahagia padahal baju sudah basah kuyup.
Untuk siswa yang akan menghadapi UN dari sekolah kami menerapkan les tambahan untuk mata pelajaran yang diujikan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA les tambahan ini dilaksanakan seusai jam sekolah . Kepala sekolah menunjuk 3 orang guru untuk memberikan les tambahan dengan tujuan agar siswa kelas VI yang akan mengikuti UN bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Uniknya disini ketika UN siswa menginap disekolah bersama orang tua murid mereka datang membawa bahan makanan. Ketika hari dilaksanakannya UN orang tua siswa bahu membahu memasak untuk disantap bersama guru, pengawas ujian dan siswa, sungguh suasana begitu hanga dan rukun, suasana yang belum pernah saya temui di daerah asal saya.
Begitulah sekelumit cerita dan pengalaman saya selama berada disini, masih banyak lagi cerita yang begitu berkesan tetapi karena keterbatasan waktu dalam penulisan akhirnya saya akhiri. Pastinya banyak salah kata dalam penulisan ini saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Pesan saya untuk anak-anakku di SDI Laluan jangan mudah menyerah tetaplah bangun meskipun gagal berulang kali, semangatlah untuk membangun daerah kalian dengan belajar sungguh-sungguh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar