Oleh : Afandi Ikhsan, S.Pd
Perkenalkan
sebelumnya saya Afandi Ikhsan, S.Pd salah satu dari 53 anggota SM-3T (Sarjana
Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal) angkatan VI UNY tahun
2016/2017 yang ditugaskan di Provinsi Nusa Tenggara Timur, lebih tepatnya di
Kabupaten yang baru pemekaran pada tahun 2013 atau berdiri yaitu Kabupaten
Malaka yang dulunya tergabung dalam Kabupaten Belu. Dikarenakan Kabupaten
Malaka adalah kabupaten baru, masih banyak sarana dan prasarana yang belum
dibangun sehingga bisa disebut kabupaten yang masih tertinggal. Kabupaten
Malaka adalah salah satu kabupaten yang masuk dalam kategori 3T (Terdepan,
Terluar, dan Tertinggal) dan berbatasan langsung dengan negara Timor Leste.
Kabupaten Malaka terdiri atas 12 kecamatan yaitu : Kecamatan Botin Leobele,
Kecamatan Io Kufeu, Kecamatan Kobalima, Kecamatan Kobalima Timur, Kecamatan
Laen Manen, Kecamatan Malaka Barat, Kecamatan Malaka Tengah, Kecamatan Malaka
Timur, Kecamatan Rinhat, Kecamatan Sasitamean, Kecamatan Weliman, dan Kecamatan
Wewiku. Keadaan geografis disini pegunungan, perbukitan dan berbatasan langsung
dengan pantai sehingga mayoritas mata pencaharian sebagai petani, berkebun,
berternak, dan nelayan. Mayoritas penduduk Malaka beragama Katolik, tetapi rasa
toleransi disini sangat dijunjung tinggi bagi pemeluk agama lainnya. Kebudayaan
asli daerah Malaka masih sangat kental antara lain tarian Likurai, Bidu, Tebe
dan lain-lain. Bahasa yang digunakan selain bahasa Indonesia yaitu bahasa
Tetun, Bunaq dan Dawan.
Senin
5 September 2016 saat pertama kali sampai menginjakkan kaki di Provinsi Nusa
Tenggara Timur turun di Bandara El Tari Kupang kami disambut dan dijemput oleh
utusan dari Dinas PKPO Kabupaten Malaka. Perjalanan dari Kupang menuju
Kabupaten Malaka kami tempuh dengan perjalanan darat menggunakan otto rental
(otto dalam bahasa disini artinya mobil) selama 8 jam mulai pukul 18.00 WITA sd
02.00 WITA. Perjalanan malam hari itu melalui jalan yang berkelok-kelok naik
turun gunung dan jalan yang tidak mulus, sesuatu yang tidak pernah saya temui
di tempat kelahiran saya. Selama perjalanan banyak teman yang mabuk perjalanan
sehingga memakan waktu perjalanan ditambah lagi ban oto pecah. Sesampainya di
Kabupaten Malaka pukul 02.00 kami sudah sampai tempat penginapan untuk beristirahat
karena keesokan harinya akan di adakan pertemuan dan penyerahan kepada
pemerintah setempat.
Pagi
hari kami dari penginapan dijemput menggunakan sepeda menuju kantor dinas PKPO
Kabupaten Malaka yang letaknya tidak jauh dari penginapan. Disana kami disambut
dan diberikan pengarahan oleh Kepala Dinas PKPO Kabupaten Malaka Petrus Bria
Seran,MM beserta jajarannya dan kepala sekolah dimana kami akan ditugaskan
nantinya selama satu tahun kedepan. Setelah selesai acara di kantor Dinas PKPO
kami kembali lagi ke penginapan untuk menuju kantor Dinas Bupati Malaka, Disana
kami mendapatkan arahan langsung oleh Bupati dr. Stefanus Bria Seran beserta
jajaran pemerintah Kabupaten Malaka, acara ramah tamah dan serah terima guru
SM-3T untuk mengabdi selama satu tahun kedepan. Setelah selesai acara tersebut
kami satu persatu dipanggil dan dibacakan nama sekolah dan tempat kami mengabdi
selama satu tahun kedepan, kamipun langsung tahu tempat tugas kami dan bertemu
dengan kepala sekolah atau perwakilannya untuk segera menuju ketempat
pengabdian. Saya mendapatkan tempat tugas di SDI Laluan Desa Barene Kecamatan
Malaka Tengah, sayapun langsung dijemput oleh kepala sekolah SDI Laluan yaitu Maria
Ade Tey Seran S.Pd beserta suami beliau bapak Paulus Berek ketika pertama kali
berkenalan dan berjabat tangan dengan beliau ini saya diberikan selendang khas
Malaka, beliau mengatakan kalau selendang ini adalah ciri khas Malaka. Saya
diajak untuk tinggal dirumah beliau, sesampainya di sana saya diperkenalkan
oleh anggota keluarga yang ada dirumah beliau, suasana kala itu sangat akrab
dan penuh canda tawa.
Dikecamatan
Malaka tengah sendiri terdapat 3 anggota SM-3T dimana tempat kami bertugas
jaraknya tidak terlalu jauh yaitu Septi Afifah, S.Pd yang bertugas di SMA
Halioan Desa Barene Kecamatan Malaka Tengah dan Leli Prastiwi S.Pd di SDI
Numbei Desa Kateri Kecamatan Malaka Tengah. Kecamatan Malaka Tengah sebagian
besar masyarakatnya berbahasa Tetun, dan sebagian kecil berbahasa Dawan.
Datarannya terdiri atas dataran rendah dan kawasan perbukitan dengan presentase
seimbang, padi dan kemiri merupakan komoditi unggulnya, sapi dan babi merupakan
ternak utama yang dihasilkan di kecamatan ini. Kecamatan Malaka Tengah bisa disebut
jantungnya Kabupaten Malaka karena hampir seluruh kantor pemerintahan berdiri
di Kecamatan Malaka Tengah, dibanding
dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Malaka, Kecamatan Malaka Tengah
lebih menerima perubahan dari luar seperti diterimanya dengan baik pendatang
dari luar. Suasana keagamaan di Kecamatan Malaka Tengah sangat toleran mulai
dari agama yang mayoritas yaitu Katolik dan agama yang minoritas yaitu Kristen
dan Islam bisa saling menghormati acara keagamaan masing-masing.Pernah suatu
ketika saya diajak diacara keagamaan Katolik perarakan patung Bunda Maria
disitu ada yang tau kalau saya beragama Islam ketika jamuan makan saya di suruh
memotong ayam sendiri untuk makan karena jamuan yang mereka siapkan tidak ada
untuk muslim, itulah salah satu bukti begitu tingginya toleransi antar agama di
sini.
Saya
sendiri tinggal bersama dengan keluarga kepala sekolah. Kegiatan sehari-hari
dirumah kepala sekolah tidak berbeda dengan di tempat daerah asal saya, saya
diberi tugas untuk menjaga ternak beliau yang berupa sapi. Disini sapi tidak
dikandangkan tetapi dilepas setiap paginya di kebun belakang rumah dan setiap
sore digiring pulang serta diberikan minum. Jarak yang ditempuh untuk sampai ke
sekolah kurang lebih 7 km ditempuh dengan sepeda motor setiap harinya kurang
lebih 30 menit. Setiap harinya saya berangkat pukul 06.30 WITA berboncengan
dengan kepala sekolah. Jalan yang kami lalui tidak seperti pada umumnya yang
ada di Jawa dengan jalan mulus beraspal, jalan menuju ke sekolah masih tanah
berbatu lepas mendaki melewati hutan jati yang tidak ada penduduknya pernah ban
motor kami kempes di tengah hutan dan kami harus mendorong motor berkilo-kilo
jauhnya. Jika musim hujan tiba kami berangkat lebih awal membawa pakaian ganti
dikarenakan medan yang berlumpur membuat pakaian yang kami kenakan penuh dengan
lumpur, beberapa kali si pembonceng harus turun karena jalan mendaki dan
berlumpur.
SDI
Laluan terletak di desa Barene, masyarakat di desa Barene sangat ramah ketika
saya datang pertama kali disana saya disambut dengan senyum dan sapa pernah
beberapa kali saya dipanggil diajak makan bersama dan diberi hasil kebun.
Masyarakat di sana mayoritas bekerja
sebagai petani, berkebun, dan berternak. Keadaan ekonomi disana bisa dibilang
kurang juga kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan bagi anak mereka
juga masih kurang pada musim-musim tertentu siswa tidak berangkat ke sekolah
karena membantu orang tuanya memanen hasil kebun contohnya kemiri, pinang dan
lain-lain. Kegiatan belajar mengajar di SDI Laluan bisa dibilang sangat
kondusif karena lingkungan sekolah jauh dari hiruk pikuk suara kendaraan
bermotor dan keramaian dikarenakan letaknya yang jauh dari jalan utama dan
terletak dibawah perbukitan sehingga tidak ada suara-suara yang mengganggu
kegiatan belajar mengajar. Hanya akses yang masih sulit untuk menuju ke lokasi karena
jalan belum ada pengaspalan dan listrik belum masuk.
Jumlah
guru di SDI Laluan berjumlah 9 orang dengan saya dan jumlah kelasnya ada 6
kelas dengan jumlah siswa 63 siswa, keadaan gedung sekolah masih bisa dibilang
layak dengan jumlah 6 ruang kelas 1 ruang perpustakaan dan 1 ruang guru.
Kebersihan lingkungan sekolah sudah mulai disadari terbukti dengan di
galakannya piket kelas, bersih sekolah setiap hari jumat dan pembuatan pagar
agar tidak ada ternak sapi maupun babi yang masuk mengotori lingkungan sekolah
akan tetapi kesadaran siswa masih sangat kurang dalam menjaga kebersihan diri.
Banyak siswa yang masih malas mandi ketika berangkat ke sekolah sehingga
mengganggu proses kegiatan belajar mengajar, karena sebab itu dari Dinas PKPO
mengeluarkan motto untuk anak sekolah di Kabupaten Malaka “anak malaka anak
lima jari” bunyinya pagi mandi, sore mandi, makan berdoa, tidur bangun berdoa,
selalu rajin. Setiap paginya sebelum masuk kelas siswa dibariskan untuk berdoa
sekaligus pengecekan yang dilakukan oleh guru apakah siswa sudah mandi atau
belum, bagi siswa yang belum mandi sekolah menyiapkan sabun mandi dan sampo,
kemudian guru membawa siswa ke sumber mata air terdekat dan menyuruh siswa
mandi.
Mengajarkan
kedisiplinan di sini memang tidak mudah tetapi harus di ajarkan karena hal
tersebut akan tertanam pada anak hingga mereka dewasa nanti. Di SDI Laluan saya
bertugas mengajar dikelas V sebagai guru mata pelajaran IPS dan Matematika,
sedangkan di kelas VI sebagai guru mata pelajaran Matematika dan sebagai Pembina
Pramuka tingkat siaga untuk kelas atas. Salah satu cara mengajarkan
kedisiplinan, kerukunan, kemandirian dan kepedulian pada lingkungan melalui
kegiatan pramuka. Dalam kegiatan pramuka yang dilaksanakan di SDI Laluan
diajarkan sejarah dan perkembangan pramuka, lagu-lagu pramuka, bagaimana tata
cara baris berbaris dan lain-lain. Disela-sela pelajaran pramuka maupun di
kelas diberikan arahan serta contoh bagaimana
cara menjaga kebersihan diri dengan : cara mencuci tangan dengan sabun,
cara menggosok gigi dengan benar, cara mandi dengan benar dan lain-lain.
Semenjak itu setiap apel pagi sudah
banyak perubahan yang signifikan banyak anak yang sudah mandi sebelum kesekolah
dan datang tepat pada waktunya. Mengajar di sini berbeda dengan di Jawa
dikarenakan disini belum banyak teknologi yang masuk salah satu contohnya yaitu
listrik, sehingga dalam proses pembelajaran guru harus menyiapkan media
pembelajaran yang sesuai semisal dalam pelajaran IPS masih banyak siswa yang
tidak tahu apa itu alat transportasi darat berupa kereta api dikarenakan kereta
api hanya ada di jawa dan sumatera untuk itu contohnya saya menggunakan media
berupa gambar dan video. Belum adanya listrik sangat berpengaruh bagi
perkembangan siswa, contohnya dengan menonton televisi mereka bisa melihat apa
yang ada diluar sana yang tidak ada di lingkungan dan daerahnya dengan begitu
detail dibandingkan dengan melihat gambar atau mendengarkan cerita dari guru.
Listrik di sini masih menjadi barang mewah ada beberapa penduduk yang
menggunakan penerangan tenaga surya atau sehen, dan ada juga yang memiliki
genset, genset dan sehen hanya menyala di malam hari tapi tidak semua penduduk
di sini memilikinya. Ketika mereka menonton televisi mereka menumpang dirumah
tetangga yang memiliki televisi, mereka menonton secara beramai-ramai sesuatu
yang sudah tidak lagi bisa saya temui di daerah asal saya.
Perubahan
perilaku guru di sekolah semenjak siswa lebih tertib mengalami perubahan,
dimana yang dulunya guru menghukum dan melakukan kontak fisik berubah menjadi
pendekatan yang lebih humanis sehingga kegiata belajar mengajar tidak mengalami
gangguan. Banyak guru yang sudah menerapkan metode pembelajaran dan media
pembelajaran yang tepat dibandingkan dulu guru hanya menggunakan metode
pembelajaran yang itu-itu saja contohnya ceramah dan penugasan sehingga siswa
masih banyak yang belum paham pada mata pelajaran tertentu. Dulu guru sering
terlambat datang ke sekolah dengan alasan, “kenapa harus berangkat pagi jika
siswa saja sering terlambat kita masuk kelas belum ada siswa” kata salah
seorang guru. Semenjak siswa tertib waktu gurupun berubah berangkat tepat
waktu, sehingga terjadi keseimbangan antara siswa dan guru. Begitu juga sumber
belajar yang digunakan dulunya buku sebagai sumber belajar siswa tidak mencukupi
dengan jumlah siswa misalnya satu buku dipakai oleh tiga atau empat siswa,
semenjak antusias belajar siswa meningkat sekolah memperbanyak sumber
belajarnya dengan cara foto copy, sekarang siswa tidak lagi berebut buku.
Kegiata
belajar mengajar di Kabupaten Malaka tidak melulu di sekolah saja tetapi juga
ada perlombaan yang di gagas oleh dinas PKPO misalnya olahraga, seni budaya dan
lain-lain. Sehingga siswa dituntut untuk berani tampil berkompetisi dengan
sekolah lain hal ini menimbulkan rasa percaya diri siswa lebih meningkat.
Pernah waktu itu diadakan acara pramuka yang bertajuk acara pelantikan pengurus
pramuka kabupaten malaka, setiap sekolah mengirim perwakilannya 10 siswa
perempuan dan 10 siswa pramuka laki-laki. Seusai acara pelantikan kami berjalan
kaki menuju tempat jamuan makan yang berjarak kurang lebih 3 km. Disana kami
makan bersama dibawah langit, saat makan tiba-tiba hujan turun kamipun bergegas
makan secepatnya dan mencari tempat berteduh tetapi tidak saya lihat raut wajah
kecewa murid-murid saya mereka malah tertawa bahagia padahal baju sudah basah
kuyup.
Untuk
siswa yang akan menghadapi UN dari sekolah kami menerapkan les tambahan untuk
mata pelajaran yang diujikan yaitu Matematika, Bahasa Indonesia, dan IPA les
tambahan ini dilaksanakan seusai jam sekolah . Kepala sekolah menunjuk 3 orang
guru untuk memberikan les tambahan dengan tujuan agar siswa kelas VI yang akan
mengikuti UN bisa memperoleh hasil yang memuaskan. Uniknya disini ketika UN
siswa menginap disekolah bersama orang tua murid mereka datang membawa bahan
makanan. Ketika hari dilaksanakannya UN orang tua siswa bahu membahu memasak
untuk disantap bersama guru, pengawas ujian dan siswa, sungguh suasana begitu
hanga dan rukun, suasana yang belum pernah saya temui di daerah asal saya.
Begitulah
sekelumit cerita dan pengalaman saya selama berada disini, masih banyak lagi
cerita yang begitu berkesan tetapi karena keterbatasan waktu dalam penulisan
akhirnya saya akhiri. Pastinya banyak salah kata dalam penulisan ini saya mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Pesan saya untuk anak-anakku di SDI Laluan jangan
mudah menyerah tetaplah bangun meskipun gagal berulang kali, semangatlah untuk
membangun daerah kalian dengan belajar sungguh-sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar